Selasa, 02 Oktober 2012

contoh gambar



foto saat bergaul dengan teman









pengaruh pergaulan remaja

Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya. Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Dalam mempersiapkan generasi muda juga sangat tergantung kepada kesiapan masyarakat yakni dengan keberadaan budayanya. Termasuk didalamnya tentang pentingnya memberikan filter tentang perilaku-perilaku yang negatif, yang antara lain; minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang, sex bebas, dan lain-lain yang dapat menyebabkan terjangkitnya penyakit HIV/AIDS. Sekarang ini zaman globalisasi. Remaja harus diselamatkan dari globalisasi. Karena globalisasi ini ibaratnya kebebasan dari segala aspek. Sehingga banyak kebudayaan-kebudayaan yang asing yang masuk. Sementara tidak cocok dengan kebudayaan kita. Sebagai contoh kebudayaan free sex itu tidak cocok dengan kebudayaan kita. Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang menguatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar. Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya. Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta, orangtua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antar pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar mereka tidak ketakutan dengan orangtua yang dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin meningkat, orangtua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun, tetap harus dijaga agar mereka tidak salah jalan. Menyesali kesalahan yang telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat. Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orangtua dengan anak. Misalnya, ketika orangtua tidak setuju dengan pacar pilihan si anak. Ketidaksetujuan ini hendaknya diutarakan dengan bijaksana. Jangan hanya dengan kekerasan dan kekuasaan. Berilah pengertian sebaik-baiknya. Bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga untuk menengahinya. Hal yang paling penting di sini adalah adanya komunikasi dua arah antara orangtua dan anak. Orangtua hendaknya menjadi sahabat anak. Orangtua hendaknya selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa takut menyampaikan masalahnya kepada orangtua. Dalam menghadapi masalah pergaulan bebas antar jenis di masa kini, orangtua hendaknya memberikan bimbingan pendidikan seksual secara terbuka, sabar, dan bijaksana kepada para remaja. Remaja hendaknya diberi pengarahan tentang kematangan seksual serta segala akibat baik dan buruk dari adanya kematangan seksual. Orangtua hendaknya memberikan teladan dalam menekankan bimbingan serta pelaksanaan latihan kemoralan. Dengan memiliki latihan kemoralan yang kuat, remaja akan lebih mudah menentukan sikap dalam bergaul. Mereka akan mempunyai pedoman yang jelas tentang perbuatan yang boleh dilakukan dan perbuatan yang tidak boleh dikerjakan. Dengan demikian, mereka akan menghindari perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan melaksanakan perbuatan yang harus dilakukan. Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks. Celakanya, perilaku seks bebas tersebut berlanjut hingga menginjak ke jenjang perkawinan. Ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum baik di pondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang semakin serius. Pakar seks juga specialis Obstetri dan Ginekologi Dr. Boyke Dian Nugraha di Jakarta mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar lima persen pada tahun 1980-an, menjadi dua puluh persen pada tahun 2000. Kisaran angka tersebut, kata Boyke, dikumpulkan dari berbagai penelitian di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu dan Banjarmasin. Bahkan di pulau Palu, Sulawesi Tenggara, pada tahun 2000 lalu tercatat remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah mencapai 29,9 persen. Kelompok remaja yang masuk ke dalam penelitian tersebut rata-rata berusia 17-21 tahun, dan umumnya masih bersekolah di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau mahasiswa. Namun dalam beberapa kasus juga terjadi pada anak-anak yang duduk di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tingginya angka hubungan seks pranikah di kalangan remaja erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta kurangnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat ini tercatat sekitar 2,3 juta, dan 15-20 persen diantaranya dilakukan remaja. Hal ini pula yang menjadikan tingginya angka kematian ibu di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai negara yang angka kematian ibunya tertinggi di seluruh Asia Tenggara. Dari sisi kesehatan, perilaku seks bebas bisa menimbulkan berbagai gangguan. Diantaranya, terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Selain tentunya kecenderungan untuk aborsi, juga menjadi salah satu penyebab munculnya anak-anak yang tidak diinginkan. Keadaan ini juga bisa dijadikan bahan pertanyaan tentang kualitas anak tersebut, apabila ibunya sudah tidak menghendaki. Seks pranikah, lanjut Boyke juga bisa meningkatkan resiko kanker mulut rahim. Jika hubungan seks tersebut dilakukan sebelum usia 17 tahun, risiko terkena penyakit tersebut bisa mencapai empat hingga lima kali lipat. Sekuat-kuatnya mental seorang remaja untuk tidak tergoda pola hidup seks bebas, kalau terus-menerus mengalami godaan dan dalam kondisi sangat bebas dari kontrol, tentu suatu saat akan tergoda pula untuk melakukannya. Godaan semacam itu terasa lebih berat lagi bagi remaja yang memang benteng mental dan keagamaannya tidak begitu kuat. Saat ini untuk menekankan jumlah pelaku seks bebas-terutama di kalangan remaja-bukan hanya membentengi diri mereka dengan unsur agama yang kuat, juga dibentengi dengan pendampingan orang tua dan selektivitas dalam memilih teman-teman. Karena ada kecenderungan remaja lebih terbuka kepada teman dekatnya ketimbang dengan orang tua sendiri. Selain itu, sudah saatnya di kalangan remaja diberikan suatu bekal pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah, namun bukan pendidikan seks secara vulgar. Pendidikan Kesehatan Reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan sebagainya. Dengan demikian, anak-anak remaja ini bisa terhindar dari percobaan melakukan seks bebas. Dalam keterpurukan dunia remaja saat ini, anehnya banyak orang tua yang cuek bebek saja terhadap perkembangan anak-anaknya. Kini tak sedikit orang tua dengan alasan sibuk karena termasuk tipe “jarum super” alias jarang di rumah suka pergi; lebih senang menitipkan anaknya di babby sitter. Udah gedean dikit di sekolahin di sekolah yang mahal tapi miskin nilai-nilai agama. Acara televisi begitu berjibun dengan tayangan yang bikin ‘gerah’, Video klip lagu dangdut saja, saat ini makin berani pamer aurat dan adegan-adegan yang bikin dek-dekan jantung para lelaki. Belum lagi tayangan film yang bikin otak remaja teracuni dengan pesan sesatnya. Ditambah lagi, maraknya tabloid dan majalah yang memajang gambar “sekwilda”, alias sekitar wilayah dada; dan gambar “bupati”, alias buka paha tinggi-tinggi. Konyolnya, pendidikan agama di sekolah-sekolah ternyata tidak menggugah kesadaran remaja untuk kritis dan inovatif.

tips pergaulan sehat

1. Pandai-pandailah memilih teman Tapi bukan berarti membeda-bedakan teman 2. Jangan terlalu mengikuti mode atau trend masa kini karena tidak semuanya baik, kamu harus pintar memilih atau memilah mana yang baik dan pantas untuk kamu 3. Hindari hal yang sifatnya merugikan kita bahkan orang lain misalnya Narkoba, minuman keras, pergaulan bebas, tawuran dsb. 4. Jangan ragu mengkonsultasikan apabila memiliki masalah kepada guru, orang tua, sahabat , atau pacar. 5. perdalam agama dan iman

Tips agar Remaja tak terjerumus dunia seks bebas

Harus diakui, perkembangan teknologi dan lingkungan yang berbeda daripada generasi sebelumnya berdampak pada perkembangan remaja masa kini. Termasuk pengetahuan dan informasi soal seksualitas. Makin mudahnya akses informasi menjadikan anak dan remaja masa kini cenderung lebih cepat mengenal seks. Tapi, banyak orangtua yang masih risih membicarakan pendidikan seks dalam keluarga. Psikolog seks Zoya Amirin mengatakan, kian maraknya perilaku seksual tak sehat di kalangan remaja menjadi keprihatinan tersendiri. Karenanya, sebagai lingkungan yang dikenal anak pertama kali, keluarga bisa menjadi sumber pendidikan seks yang positif. "Orangtua telah melalui masa-masa yang dialami anak-anak mereka. Maka, seharusnya dengan memahami kondisi anak dan remaja. Orangtua bisa berbagi sekaligus mendidik bagaimana menyikapi perubahan yang terjadi pada diri anak," Psikolog seks yang juga menjadi dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ini menyontohkan, ayah dan ibu bisa berperan sebagai teman saat terjadi perubahan fisik dan seksual pada buah hati. Ayah bisa berperan sebagai sahabat anak laki-laki saat si anak mengalami pubertas atau mengalami mimpi basah. "Ayah bisa bilang setelah mengalami mimpi basah, kita tertarik dan terangsang melihat perempuan. Sehingga usahakan agar bila memiliki pacar berada di tempat ramai agar tak menjurus ke seks," ujarnya. Peran ibu dalam pendidikan seks dalam keluarga menjadi penting saat anak memasuki masa menstruasi. "Kalau anak perempuan mens, ibu harus memberi pengertian bahwa anak perempuan akan mulai naksir lawan jenis dan mereka pun bisa hamil," katanya. Dari situ, orangtua bisa mengarahkan anak agar mampu menolak lawan jenis yang mereka sukai, mendeteksi dan menolak pelecehan seksual yang dilakukan orang lain kepada mereka. Dengan membicarakan seks secara sehat dalam keluarga, bukan saja anak mendapat informasi yang benar, mereka juga memahami mengapa terjadi perubahan pada tubuh mereka. "Anak juga cenderung lebih terbuka kepada orangtua tentang aktivitas asmara mereka, ketimbang mereka memperoleh informasi dari luar seperti teman dan internet yang belum tentu benar."

Senin, 24 September 2012

prinsip pergaulan bagi remaja

Pergaulan adalah bagian yang tak bisa terpisahkan dari kehidupan kita manusia, kususnya bagi anak-anak kita yang sedang memasuki masa remaja. Artist Joan Baez menuliskan sayair yang telah digubah menjadi satu lagu berjudul No Man Is an Island inilah sebagian dari syair lagu itu : No man is an Island, No man stand alone Each Man’s Joy is Joy tome, Each man’s grief is my own We need one another, So I will defend Each man as my brother, Each man as my friend Kita semua perlu menyadari bahwa ungkapan tidak seorangpun seperti sebuah pulau yang sanggup hidup sendiri tanpa kawan dan sahabat itu memang benar, karena kita adalah makhuk yang harus hidup bersosial. Namun Sekalipun Lagu yang berjudul No man is an Island ini telah banyak digemari oleh orang-orang muda bahkan telah dijadikan Ringtones HP milik sebagian orang-orang muda. Namun bila kita simak baik baik bagian akhir dari penggalan syair ini yang berbunyi Each man as my brother, Each man as my friend, tidaklah cocok dengan prinsip-prinsip pergaulan orang muda Kristen. Untuk memastikan apakah anak-anak muda telah memiliki pergaulan yang sesuai dengan standart kekristenan mari kita simak prinsip- prinsip pergaulan berikut ini: 1. Dalam bergaul, Remaja harus memiliki daftar orang- orang tertentu yang sebaiknya dijauhi. Maksudnya adalah Remaja tidak boleh bebas bergaul dengan siapa saja. Sama seperti orang tua dan siapa saja kita manusia juga tidak boleh bergaul bebas dengan siapa saja. Didalam bergaul kita harus selektif dalam memilih siapa yang layak menjadi sahabat dan siapa yang selayaknya kita jahui. Lalu seperti apakah panduan dalam memilih kawan yang selektif itu? Inilah daftar orang-orang yang sebaiknya remaja jahui dalam pergaulan. a. Sahabat/ teman yang berusaha menjerumuskan kita kedalam pelanggaran hukum Tuhan dan hukum manusia. Misalnya saja teman yang coba menjerumuskan kita untuk Berbohong, mencontek, mencuri, berkelai, memusui sesama, meminum minuman keras, merokok, menggunakan Narkotika. Teman yang seperti ini perlu kita jahui. Karena hanya akan merugikan dan merusak serta menghancurkan masa depan remaja. b. Sahabat/teman yang Melecehkan dan merendahkan kita: Mungkin kita pernah bertemu dengan seorang teman yang sukanya terus terusan merendahkan kita, kata-kata ejekan yang diucapkannya senganja untuk merendahkan kita, ada juga teman yang gantinya memberi semangat dukungan tetapi malah sering, menjatuhkan semangat dan meragaukan kemampuan kita. Bila remaja bergaul dengan teman seperti ini bukan membawa kepada peningkatan diri, dan membangun diri kearah kedewasaan. Untuk itu sikap yang harus dimiliki oleh remaja sebaiknya menolak pergaulan dengan teman semacam inic. Teman yang memanfaatkan kita. Teman seperti ini adalah teman yang menjadikan kita bagaikan sapi perah yang siap untuk dihisap dan dimanfaatkan. Mereka menjadikan kita sebagai pesuruh, kita selalu dipaksa membayar makanan baginya, mengerjakan PRnya. Wah Capek kan? Tanpa saling bergantian untuk saling menolong, membantu, memperbaiki bukanlah persahabatan yang wajar.Apa yang seharusnya dilakukan oleh orangtua? Orang tua harus menolong anak remajanya untuk merasakan terpenuhinya kebutuhan dikasihi, dihargai, dihormati, dipercayai sejak anak anak masih kecil. Dan selanjutnya saat anak mengijak remaja orang tua bisa menolong remaja untuk memiliki daftar criteria teman yang layak dijadikan sahabat yang bisa menolong remaja bertumbuh sehat dan wajar melaui pergaulan yang baik. Sehingga kemanapun anak remaja pergi bisa memilih teman dengan criteria yang tepat.2. Prinsip yang kedua, Berpacaran Tidak boleh tetapi Bergaul dengan yang takseiman boleh, asal mereka bukanlah daftar teman yang harus dijahui. Sekalipun beda agama remaja sebaiknya diijinkan bergaul dengan mereka. Hal ini sangat penting sebagai sesame ciptaan Tuhan bisa menjalin relasi yang kuat dan saling mengisi dan dapat memper indah dan memperkaya kehidupan masing masing. Kalau remaja tidak mempunyai pergaulan yang cukup luas, maka dikawatirkan cara pandangnya akan sangat terbatas, dan juga toleransi terhadap sesame manusia akan menjadi sangat lemah. Hal ini kelak akan bisa menyebabkan cara pengambilan keputusanya menjadi sangat sederhana. Pergaulan yang baik bisa dijadikan oleh remaja Kristen sebagai tempat untuk bersaksi, bagaimana seorang Kristen hidup ditengah-tengah masyarakat. Apa yang seharus dilakukan oleh orangtua? Sebelum anak menginjak remaja dan bergaul dengan teman-teman yang memiliki berbagai latar belakang agama, seyogyanya orang tua sudah terlebih dahulu menanamkan prinsip-prinsip kebenaran yang jelas dan kokoh kepada anak, sehingga saat iman diuji dalam pergaulan remaja mereka dengan pertolongan Tuhan akan seperti Daniel dan kawan-kawannya saat di Babelonia. 3. Remaja sebaiknya Boleh menjalin persahabatan dengan lawan jenis, Tetapi sebaiknya tidak untuk pacaran hingga memasuki usia Pemuda. Usia remaja sebaiknya adalah usia membangun hubungan seluas luasnya dengaan sesama jenis dan dengan lain jenis tanpa harus diikat dengan ikatan khusus yaitu hubungan romantis. Ada banyak kekayaan dan manfaat diperoleh remaja dari pergaulan kelompok sejenis maupun antar jenis kelamin ini. Anda masih ingat saat remaja dulu bahwa hubungan-hubungan sederhana dengan seorang kawan adalah penting dan itu bagian dari struktur pertumbuhan yang harus dijalani tiap tiap remaja. Hubungan sederhana itu melatih atau merintis jalan kepada hubungan kompleks diusia dewasa kelak. Bagi remaja Sekedar berbicara saja dengan lawan jenis itu sangat berarti, bagi pertumbuhan mereka, oleh karena berkomunikasi yang dengan santun yang dilakukan sejak usia sangat muda akan sangat membantu dimasa transisi atau peralihan yang lebih normal dikemudian hari. Karena dijaman yang penuh dengan alat komunikasi yang serba canggih ini ternyata kita bisa banyak temukan baik dirumah tangga atau di tengah-tengah masyarakat, ada orang-orang yang tidak sanggup mengkomunikasikan keinginanya dengan santun dan baik. Mereka berunjuk rasa tetapi dengan cara yang anarkis, merusak, menyakiti, menghancurkan dan dipenuhi dengan dendam dan amarah. Hal ini adalah tanda dari gagalnya pembinaan komunikasi yang santun itu sejak dirumah dan disaat mereka usia remaja. Jadi sangatlah penting pergaulan yang sehat itu dilatih dan dimiliki oleh anak remaja kita. Namun bila semasih remaja anak langsung membina hubungan special, exclusive dengan seorang lawan jenis, sesungguhnya mereka akan langsung kehilangan manfaat dari pergaulan yang aman, penuh keceriaan. Banyak orang salah langkah bahkan juga salah pilih teman hidup atau bahkan terpaksa hidup membujang seumur hidup oleh karena gagal membina friendship diusia remaja. Apa peran dan fungsi yang seharusnya dilakukan oleh orang tua. Tiga peran dan fungsi orang tua: a. Pengasuh, berarti orang tua memberikan gizi, baik gizi jasmaniah atau pun gizi batiniah dan rohani kepada anak, sehingga anak bisa bertumbuh besar menjadi orang yang stabil dan cukup sehat. b. Pengarah dan pendamping, artinya pada masa ini orang tua akan menjadi konselor bagu anak, memberikan arahan-arahan dan secara aktif orang tua memantau perkembangan anak. c. Penasihat atau konsultan, secara pasif orang tua memberikan masukan kepada anak. Peran ini dilakukan oleh orang tua saat anak sudah dewasa, biarkan anak yang datang mencari kita, barulah kita memberikan masukan tatkala mereka datang kepada kita. Dan janganlah perlakukan anak yang kini sudah dewasa seperti anak kecil lagi.4. Prinsip yang keempat: Ada Tempat-tempat dan Aktifitas-aktifitas yang tidak selayaknya dilakukan dan kunjungi oleh Remaja. Ada tempat dan Aktifitas tertemtu yang memang tidak boleh remaja kunjungi dan lakukan karena bila dilanggar akan berdampak pada buruk kepada remaja dan masa depan mereka. Misalnya saja dilarang bermain judi, nonton film porno, melihat gambar-gambar porno, atau membuka situs-situs porno, merokok, minum minuman keras, mengkonsumsi narkoba, walaupun hanya sekedar mengantar seorang teman ketempat seperti itu dan meskipun hanya teman-temannya yang melakukan. Ada remaja yang berfikir kita tidak akan terjatuh dengan hanya melihat sekali saja. Pendapat seperti itu adalah sangat berbahaya, karena setan sedang bekerja keras untuk menjatuhkan seriap orang muda. Apalagi bila aktifitas seperti itu dilakukan berulang ulang bisa saja satu kali kelak kita akan tergoda dan jatuh dalam tindakan yang salah dan berdosa. Apa yang harus dilakukan oleh orang tua: Sebelum anak menginjak usia Remaja informasi tentang tempat dan aktifitas-aktifitas yang tidak tepat dikunjungi anak remaja sudah harus diberitahukan dengan jelas kepada Anak, Janganlah larangan itu baru keluar setelah anak terlanjur pergi dan melakukan aktifitas yang anak tidak layak pergi dan lakukan. Ajakan: Kepada Orang tua. Marilah kita renungkan firman Tuhan Ini Amsal 10:21 "Bibir orang benar menggembalakan banyak orang, tetapi orang bodoh mati karena kurang akal budi." Kalau kita mau menggembalakan anak-anak prasyaratnya harus kita penuhi. Yaitu kita harus menjadi orang yang benar, orng yang mengasihi dan takut akan Tuhan. Kita sebagai orang tua juga harus menjadi orang yang hidup dalam Tuhan, dan mempunyai hikmat juga dari Tuhan. Dengan cara itulah anak-anak akan hormat kepada kita, kita bisa menggembalakan mereka Ajakan: Kepada Anak Remaja. Marilah orang muda renungkan firman Tuhan Ini: I Korintus 15:33 "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik". SELAMAT HARI SABAT, Semoga Kehidupan pernikahan kita semakin mesra, hangat, dan semoga anak-anak kita menjadi anak yang menyukakan hati Tuhan dan manusia.

pergaulan remaja sehat

Setiap hari pastinya kita akan bergaul dengan teman-teman di sekolah, di kampus, di kantor dan dimana pun biasanya aktivitas anda lakukan disana jugalah pergaulan anda. Pergaulan ada dua kategori yaitu, Pergaulan yang baik dan buruk. Pergaulan yang baik bisa juga dikatakan dengan pergaulan yang sehat.

Disini saya akan lebih membahas tentang pergaulan yang baik / sehat. Untuk anak remaja biasanya dia lebih suka berkumpul atau bergaul dengan teman-temannya di suatu tempat. Tempat adalah faktor penting untuk menandakan pergaulan itu bagus atau buruk. Misalkan saja kita bergaul ditempat yang biasanya tempat-tempat orang mabuk-mabuk, berjudi, obat-obatan terlarang narkoba. secara tidak langsung kita pastinya akan terbawa pada situasi dan pergaulan tersebut, sehingga hal tersebut akan merugikan diri kita sendiri.

Pergaulan ditempat yang bagus atau sehat adalah dimana pergaulan kita selalu ada orang yang mengawasi. Misalnya dirumah teman yang dirumah itu ada salah satu orang seperti ibu, bapak, kakak, kakek dan nenek yang bisa mengawasi kita. Karena dengan pengawasan dari salah satu orang tersebut akan membuat kita selalu bertingkah dan berperilaku yang positif dan itu lambat laun akan menjadi kebiasaan kita.

Selain dari tempat pergaulan, orang atau teman-teman pun sangatlah penting dari pergaulan. Pilihlah teman yang pastinya baik, sopan, suka menolong, tidak sombong, pintar dan berperilaku yang bagus. sehingga kita akan merasa nyaman berteman dengannya dan akan membuat kita akan berperilaku yang baik pula dan sama sekali tidak merugikan bagi kita.


Hindarilah teman-teman yang suka memanfaatkan kita, yang sering berbuat buruk, tidak sopan, sombong dan pemalas. Apabila kita berteman dengan teman yang seperti itu lama kelamaan kita pun juga akan bertingkah dan berperilaku seperti itu.

Ada suatu kalimat yang saya ingat, bergaul dengan orang berdagang minyak wangi pastinya kita akan juga terasa wangi, sebaliknya apabila bergaul dengan orang yang tidak bisa mengurus dirinya sendiri maka kita juga akan merasa merepotkan diri sendiri.

Jangan sampai kita merusak diri sendiri dengan pergaulan kita yang tidak sehat, sangatlah penting kita memilih teman dan tempat bergaul karena hal itu akan menjadikan bagaimana kita selanjutnya.


Masa remaja identik dengan cinta. Sayangnya, cinta identik dengan pacaran. Karenanya, masa remaja tanpa berpacaran, seperti sambal tak bergaram. Hambar. Tak ada sensasi. Benarkah begitu?
Di sisi lain, kita mendapati realitas memprihatinkan tentang gaya pacaran remaja yang makin permisif. Pacaran tidak lain hanyalah “ajang baku syahwat” tempat melampiaskan buncahan nafsu seksual yang mulai menggelora. Maka, kita pun mengenal istilah KNPI dalam gaya pacaran. KNPI = Kissing, Necking, Petting, dan Intercourse.
Akibat dari itu, angka aborsi di kalangan remaja meroket pesat. Perkiraan BKKBN, di Indonesia ada sekitar 2 juta kasus aborsi terjadi setiap tahunnya. Dan menurut penelitian, 60% aborsi dilakukan remaja. Data Bapenas 2009 menunjukkan, 30 persen dari 2 juta remaja melakukan aborsi.
Belum lagi kasus penyakit kelamin, kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy), dan lain-lain. Berdasarkan data dari Depkes pada Maret 2009, sebanyak 9.231 remaja atau 54,3 persen dari 17.000 remaja di Indonesia mengidap HIV/AIDS.
Fakta memprihatinkan itulah, yang kemudian mendorong lahirnya gagasan tentang wacana “pacaran sehat”. Di mana pacaran seharusnya tidak merupakan wahana “kontak fisik”, melainkan laku “olah rasa dan batin” untuk terwujudnya hubungan yang harmonis dan positif menuju jenjang pernikahan.
Potret Permisifisme
Pacaran memang merupakan tema ‘arus utama’ masa remaja. Itulah bahasan paling menarik di masa remaja, di samping kata ‘cinta’. Bila ditelesik, itu karena psikologi remaja yang memasuki masa puber. Sedang pubertas, kata Elisabet B. Hurlock dalam bukunya Psikologi Perkembangan, adalah periode perkembangan ketika anak-anak berubah dari makhluk aseksual menjadi makhluk seksual.
Masih menurut Hurlock, mengutip pendapat Root, “Masa puber adalah suatu tahap dalam perkembangan di mana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kematangan reproduksi. Tahap ini disertai dengan perubahan-perubahan dalam pertumbuhan somatis dan perspektif psikologis”.
Karena itulah, saya sependapat dengan psikiter Semarang Dr. Ismet Yusuf yang bilang, pacaran merupakan perilaku seksual yang banyak dilakukan remaja. Keadaannya sangat bervariasi dan bertingkat-tingkat. Diawali dengan omong-omong santai, dan meningkat sampai surat-menyurat, kontak lewat telpon atau kontak lewat udara (sekarang bisa lewat sms), lalu saling mengunjungi. Meningkat lebih lanjut, pergi berduaan, saling bergandengan tangan, dan bermesraan. Tingkatan lebih lanjut, saling raba, saling cium, sampai berhubungan seksual. Jarang ada pacaran yang tanpa dibumbui dorongan seksual.
“Hal ini oleh karena perkembangan fisik dan psikologis remaja sudah sampai taraf kematangan,” kata psikiater kondang Semarang itu.
Bukan sekadar isapan jempol, banyak survei yang menunjukkan gaya permisif pacaran di kalangan remaja. Mereka tidak saja sekadar nyerempet-nyerempet seks, tapi juga sudah banyak yang melakukannya. Inilah potret permisifisme pacaran di kalangan remaja yang sulit dibantah, apalagi dipatahkan.
Pacaran Sehat?
Lalu bagaimana dengan pacaran sehat? Pacaran sehat digagas untuk mengeliminir dampak-dampak negatif pacaran. Pacaran sehat mengenal tiga prinsip: sehat secara fisiologis, psikologis, dan sosiologis. Pacaran sehat tidak boleh menyakiti pasangannya, baik secara fisik maupun psikis. Juga dilakukan dengan mengindahkan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat (sehat secara sosiologis). Di sana ada nilai keluarga dan agama, ada norma dan kebiasaan. Jargon yang sering diusung oleh penganjur pacaran sehat adalah “Pacaran Yes, Seks No!”
Masalahnya, pada realitanya, dalam berpacaran, kedekatan fisik dan juga kontak fisik sulit dihindari. Sementara hubungan seks dalam berpacaran (dalam term agama disebut zina), selalu diawali oleh kedekatan fisik dan kontak fisik, baik ringan sekalipun seperti ciuman.
Joe White dalam buku Jangan Terkecoh menggambarkan proses terjadinya hubungan seks seperti termometer. Pertama dalam kondisi normal, dorongan seksual berada dalam posisi 98,6 c, kemudian saat berpegangan tangan posisi nafsu berada pada 99 c. Kemudian saat berpelukan berada pada posisi 100 c, saat ciuman 101 c, saat ciuman berat 102 c, saat cumbuan ringan 103 c, saat cumbuan berat 104 c, dan saat terjadi hubungan seksual berada pada 105 c.
Dari gambaran Joe White di atas menunjukkan, bahwa angka perubahan posisi nafsu seksual akan selalu bergerak dinamis/meningkat. Karenanya, kontak fisik laki-laki dan perempuan yang masing-masing sudah matang (memiliki dorongan seks), rata-rata akan mudah menggelincirkan diri pada perzinaan.
Kasus-kasus kehamilan di luar nikah atau yang biasa disebut ”kecelakaan” memang seringkali tanpa direncanakan terlebih dahulu. Umumnya karena seringnya melakukan kontak fisik, baik berupa ciuman maupun cumbuan, membuat mereka terlena dan tergerak untuk menuntaskannya ke dalam kontak fisik yang lebih serius, yakni hubungan seksual.
Karena itulah, Al-Qur’an secara tegas menyatakan, “Dan janganlah kamu dekati zina. Sesungguhnya perzinaan itu perbuatan keji dan jalan hidup yang buruk.” (QS. Al-Isra’: 32).
Cermatilah, bagaimana redaksi ayat yang digunakan oleh Allah dalam melarang perzinaan. Larangan zina dalam ayat di atas sangat tegas, bahkan Allah melarangnya dengan kalimat “janganlah kalian dekati zina”. Larangan ini mengandung arti, zina merupakan perbuatan yang sangat keji dan akan mendatangkan madharat. Karena itu harus dijauhi sejauh-jauhnya, tidak saja zinanya, tapi juga semua perbuatan yang mengarah pada zina.

remaja cerdas,energik dan dinamis dengan pergaulan sehat

Cerdas, Energik, Dinamis?
Sosok remaja dari waktu ke waktu sering menjadi pusat perhatian, bahkan bahan perbincangan yang sangat menarik. Bisa saja karena usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa, atau bisa juga karena pada dasarnya di dalam diri si remaja banyak sekali ditemukan permasalahan. Baik yang berasal dari dalam dirinya sendiri, lingkungannya, maupun interaksi remaja dengan teman-teman sebayanya.

Remaja cerdas, sering diidentikkan seorang dengan kadar intelektual bagus, jenius, briliyan dan luar biasa, serta mempunyai prestasi akademik yang ‘mencengangkan’. Parameter masyarakat masih berpatokan bahwa kecerdasan diukur dengan kemampuan otak untuk melaksanakan tugas-tugas yang bersifat akademis. Remaja cerdas dan pintar selalu bermasa depan cerah, itu kata para orang tua, padahal remaja pintar tak selalu bermasa depan cerah. Hal itu akan terjadi apabila kepandaian hanya sekadar syarat agar disayangi dan dicintai orang tua atau diakui oleh lingkungannya. Remaja cuma berkutat pada usaha memenuhi syarat itu, bagaimana menjadi ranking satu, menjadi juara kelas, berprestasi akademik baik dll. Kemampuan mengenal, mengolah, dan mengungkapkan perasaan menjadi terkubur dalam-dalam. Akibatnya, ia menjadi tak bahagia bahkan sering mengalami gagap sosial, karena kemampuan yang dimiliki hanya bersifat akademisi, bahkan sering tidak mendapatkan pengakuan dari lingkungan, dianggap puker alias kurang pergaulan. Pendidikan formal memang sangat dibutuhkan, akan tetapi tidak diarahkan secara khusus pada kemampuan remaja mengenal kebutuhan pribadinya. Bisa dikatakan, remaja tidak dibiasakan mengenal perasaannya, emosinya, pribadinya. Akibatnya dia menjadi miskin informasi, kurang gaul, perkembangan intelegensi dan kecerdasan emosinya tidak seimbang, sehingga bisa menimbulkan perilaku-perilaku ekstrem. Bahkan berkembang menjadi penyimpangan perilaku yang cukup serius.

Apa pendapat Anda seandainya ada remaja cerdas dan sempat menduduki bangku kuliah ternyata terjerumus dalam dunia hitam, kriminalitas? Atau pelajar teladan yang ternyata hamil di luar nikah dan harus keluar dari sekolah? Atau seorang anggota paskibra sekolah yang terlibat penyalahgunaan narkoba bahkan masuk ke pusat rehabilitasi akibat overdosis? Pasti di antara Anda banyak yang menyayangkan, kasihan, atau bahkan ngomel menyalahkan orang tuanya. Padahal kita sendiri tanpa sadar menerapkan aturan-aturan yang berpatokan bahwa kecerdasan diukur dari kemampuan otak untuk bekerja maksimal, tanpa melihat bahwa seorang remaja punya kebutuhan-kebutuhan yang lain, seperti bersosialisasi dengan lingkungan, bergaul dengan orang lain, berpendapat dll.

Demikian juga sosok remaja yang dinamis dan energik, seringkali rancu dengan remaja yang agresif dan hiperaktif. Padahal yang terakhir ini justru berkonotasi negatif dan menunjukkan bahwa remaja hanya mengandalkan kekuatan ototnya saja, tanpa mengindahkan kemampuan-kemampuan yang lain. Sebenarnya pengertian dinamis dan energik lebih mengarah pada pemahaman sosok remaja yang mampu bergerak aktif dan selalu mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, inovatif, kreatif dan penuh ide cemerlang.

Perkembangan pergaulan remaja
Dalam kurun waktu tertentu, ternyata perkembangan informasi menunjukkan bahwa tingkat perilaku yang dikategorikan ‘menyimpang’ banyak dialami oleh kelompok remaja. Baik penyimpangan-penyimpangan perilaku sosial, maupun penyimpangan perilaku seksual. Dan belakangan justru penyimpangan perilaku seksual sering menjadi menu berita sehari-hari, baik di surat-surat kabar, televisi, media internet. Seorang remaja hamil di luar nikah, tindakan perkosaan dengan pelaku seorang remaja, penyimpangan seksual dll.

Hal ini ternyata dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia menarche atau kematangn seksual pada remaja yang sudah lebih dini, paparan visualisasi yang merangsang di media massa, standar gizi yang semakin membaik.
Dengan hormon seksual yang sudah diproduksi itulah seorang remaja membutuhkan penyaluran dalam menuntaskan dorongan seksnya.
Lantas bagaimana pergaulan remaja yang sehat, memang agak sulit didefisnisikan, karena seringkali benturan muncul dari sisi budaya, norma masyarakat dan agama. Beberapa contoh di bawah ini menunjukkan bahwa ternyata sulit menterjemahkan yang wajar dalam bahasa ‘sehat’.
  • masturbasi seringkali diterjemahkan sebagai penyimpangan perilaku, sekalipun sebenarnya hanya merupakan penyaluran dorongan seks
  • pacaran dikalangan remaja, sering identik dengan perilaku seks, walaupun sebenarnya masih banyak yang berperilaku sehat dalam pacaran
  • menstruasi dan mimpi basah yang merupakan penanda awal seseorang memasuki masa puber, sering berhubungan dengan mitos-mitos yang tidak benar
  • dugem atau kebiasaan nongkrong di malam minggu, entah di pusat keramaian, diskotik, mal dll seringkali masih berkonotasi negatif
  • gank di kalangan remaja sering menimbulkan solidaritas terhadap teman yang berlebihan sehingga sering berkembang pada aktifitas tawuran pelajar.

Sekedar renunganNah, lantas apa yang dimaksud dengan remaja cerdas? Apa pula yang diartikan sebagai remaja yang energik dan dinamis?

Bagaimana menjadi remaja yang cerdas, energik, dinamis?
Untuk memperkaya emosi anak, sebenarnya orang tua juga bisa memberi kesempatan kepada anak untuk mengikuti kegiatan yang dia inginkan, hobby yang dimiliki, misalnya di bidang musik atau olahraga. Dalam pendidikan formal bidang-bidang ini masih dianggap kurang penting seperti halnya mata pelajaran "mafia": matematika, fisika, dan kimia. Padahal, melalui kegiatan berkesenian dan olahraga anak bisa berlatih mengolah perasaan dan memupuk sportivitas. Berhasil atau tidak, kalah atau menang, mestinya tidak perlu terlalu dipermasalahkan orang tua. Namanya juga mencoba!! Lagi pula, tidak semua pecatur bisa jadi Grand Master macam Utut Adianto. Cuma ada satu atau dua orang yang bisa seperti itu, ibaratnya.
Nah, bagi remaja yang tidak punya jati diri atau kepribadian kuat biasanya akan gampang terbawa emosi dan mudah ikut-ikutan tren yang ada. Kalau sekarang ini tontonan favorite remaja adalah sinetron atau film Eifel I’m in Love, maka semua yang ditonton itulah yang akan diikuti sebagai satu tren dan remaja mengikuti tren atau pun nilai yang disampaikan lewat sinetron. Tapi remaja yang punya jati diri biasanya masih akan menyaring nilai yang disuguhkan dalam sinetron. Dia akan memilih , tontonan mana yang memang baik untuk ditonton, bernilai positif dan merangsang kemampuan berpikir.

Remaja sebenarnya terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu remaja 'instan' dan remaja cerdas yang mau berpikir. Remaja cerdas biasanya tidak begitu suka dengan sinetron remaja yang tidak berisi. Mereka biasanya lebih suka dengan film atau acara yang lebih mengajak mereka untuk berpikir. Sementara remaja 'instan' lebih suka hal-hal yang instan saja, tanpa mau menyaring mana yang bisa diambil hikmahnya. Mereka lebih suka menikmati sesuatu tanpa harus capek-capek berpikir.

Sementara sinetron kegemaran mereka adalah sinetron yang alur ceritanya datar dan bisa membuat mereka berkhayal. Dan sesuai dengan kebiasaan mereka yang suka hal-hal instan, maka tipe remaja seperti ini juga lebih suka bermalas-malas, tidak energik, apalagi dinamis dan inovatif?

Memang benar bahwa cerdas saja tidak cukup. Kita lihat sama-sama cerdas ada yang sukses ada pula yang hidupnya gagal. remaja cerdas tidak dijamin jadi kaya, tidak dijamin menjadi terkenal, tapi dengan kecerdasannya seorang remaja bisa menjadi dirinya sendiri, bisa mengenal pribadinya, bisa bertindak sesuai hati nuraninya. Remaja perlu itu!!

Sabtu, 22 September 2012

Pergaulan Remaja Sehat


Setiap hari pastinya kita akan bergaul dengan teman-teman di sekolah, di kampus, di kantor dan dimana pun biasanya aktivitas anda lakukan disana jugalah pergaulan anda. Pergaulan ada dua kategori yaitu, Pergaulan yang baik dan buruk. Pergaulan yang baik bisa juga dikatakan dengan pergaulan yang sehat.

Disini saya akan lebih membahas tentang pergaulan yang baik / sehat. Untuk anak remaja biasanya dia lebih suka berkumpul atau bergaul dengan teman-temannya di suatu tempat. Tempat adalah faktor penting untuk menandakan pergaulan itu bagus atau buruk. Misalkan saja kita bergaul ditempat yang biasanya tempat-tempat orang mabuk-mabuk, berjudi, obat-obatan terlarang narkoba. secara tidak langsung kita pastinya akan terbawa pada situasi dan pergaulan tersebut, sehingga hal tersebut akan merugikan diri kita sendiri.

Pergaulan ditempat yang bagus atau sehat adalah dimana pergaulan kita selalu ada orang yang mengawasi. Misalnya dirumah teman yang dirumah itu ada salah satu orang seperti ibu, bapak, kakak, kakek dan nenek yang bisa mengawasi kita. Karena dengan pengawasan dari salah satu orang tersebut akan membuat kita selalu bertingkah dan berperilaku yang positif dan itu lambat laun akan menjadi kebiasaan kita.

Selain dari tempat pergaulan, orang atau teman-teman pun sangatlah penting dari pergaulan. Pilihlah teman yang pastinya baik, sopan, suka menolong, tidak sombong, pintar dan berperilaku yang bagus. sehingga kita akan merasa nyaman berteman dengannya dan akan membuat kita akan berperilaku yang baik pula dan sama sekali tidak merugikan bagi kita.


Hindarilah teman-teman yang suka memanfaatkan kita, yang sering berbuat buruk, tidak sopan, sombong dan pemalas. Apabila kita berteman dengan teman yang seperti itu lama kelamaan kita pun juga akan bertingkah dan berperilaku seperti itu.

Ada suatu kalimat yang saya ingat, bergaul dengan orang berdagang minyak wangi pastinya kita akan juga terasa wangi, sebaliknya apabila bergaul dengan orang yang tidak bisa mengurus dirinya sendiri maka kita juga akan merasa merepotkan diri sendiri.

Jangan sampai kita merusak diri sendiri dengan pergaulan kita yang tidak sehat, sangatlah penting kita memilih teman dan tempat bergaul karena hal itu akan menjadikan bagaimana kita selanjutnya.


Masa remaja identik dengan cinta. Sayangnya, cinta identik dengan pacaran. Karenanya, masa remaja tanpa berpacaran, seperti sambal tak bergaram. Hambar. Tak ada sensasi. Benarkah begitu?
Di sisi lain, kita mendapati realitas memprihatinkan tentang gaya pacaran remaja yang makin permisif. Pacaran tidak lain hanyalah “ajang baku syahwat” tempat melampiaskan buncahan nafsu seksual yang mulai menggelora. Maka, kita pun mengenal istilah KNPI dalam gaya pacaran. KNPI = Kissing, Necking, Petting, dan Intercourse.
Akibat dari itu, angka aborsi di kalangan remaja meroket pesat. Perkiraan BKKBN, di Indonesia ada sekitar 2 juta kasus aborsi terjadi setiap tahunnya. Dan menurut penelitian, 60% aborsi dilakukan remaja. Data Bapenas 2009 menunjukkan, 30 persen dari 2 juta remaja melakukan aborsi.
Belum lagi kasus penyakit kelamin, kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy), dan lain-lain. Berdasarkan data dari Depkes pada Maret 2009, sebanyak 9.231 remaja atau 54,3 persen dari 17.000 remaja di Indonesia mengidap HIV/AIDS.
Fakta memprihatinkan itulah, yang kemudian mendorong lahirnya gagasan tentang wacana “pacaran sehat”. Di mana pacaran seharusnya tidak merupakan wahana “kontak fisik”, melainkan laku “olah rasa dan batin” untuk terwujudnya hubungan yang harmonis dan positif menuju jenjang pernikahan.
Potret Permisifisme
Pacaran memang merupakan tema ‘arus utama’ masa remaja. Itulah bahasan paling menarik di masa remaja, di samping kata ‘cinta’. Bila ditelesik, itu karena psikologi remaja yang memasuki masa puber. Sedang pubertas, kata Elisabet B. Hurlock dalam bukunya Psikologi Perkembangan, adalah periode perkembangan ketika anak-anak berubah dari makhluk aseksual menjadi makhluk seksual.
Masih menurut Hurlock, mengutip pendapat Root, “Masa puber adalah suatu tahap dalam perkembangan di mana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kematangan reproduksi. Tahap ini disertai dengan perubahan-perubahan dalam pertumbuhan somatis dan perspektif psikologis”.
Karena itulah, saya sependapat dengan psikiter Semarang Dr. Ismet Yusuf yang bilang, pacaran merupakan perilaku seksual yang banyak dilakukan remaja. Keadaannya sangat bervariasi dan bertingkat-tingkat. Diawali dengan omong-omong santai, dan meningkat sampai surat-menyurat, kontak lewat telpon atau kontak lewat udara (sekarang bisa lewat sms), lalu saling mengunjungi. Meningkat lebih lanjut, pergi berduaan, saling bergandengan tangan, dan bermesraan. Tingkatan lebih lanjut, saling raba, saling cium, sampai berhubungan seksual. Jarang ada pacaran yang tanpa dibumbui dorongan seksual.
“Hal ini oleh karena perkembangan fisik dan psikologis remaja sudah sampai taraf kematangan,” kata psikiater kondang Semarang itu.
Bukan sekadar isapan jempol, banyak survei yang menunjukkan gaya permisif pacaran di kalangan remaja. Mereka tidak saja sekadar nyerempet-nyerempet seks, tapi juga sudah banyak yang melakukannya. Inilah potret permisifisme pacaran di kalangan remaja yang sulit dibantah, apalagi dipatahkan.
Pacaran Sehat?
Lalu bagaimana dengan pacaran sehat? Pacaran sehat digagas untuk mengeliminir dampak-dampak negatif pacaran. Pacaran sehat mengenal tiga prinsip: sehat secara fisiologis, psikologis, dan sosiologis. Pacaran sehat tidak boleh menyakiti pasangannya, baik secara fisik maupun psikis. Juga dilakukan dengan mengindahkan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat (sehat secara sosiologis). Di sana ada nilai keluarga dan agama, ada norma dan kebiasaan. Jargon yang sering diusung oleh penganjur pacaran sehat adalah “Pacaran Yes, Seks No!”
Masalahnya, pada realitanya, dalam berpacaran, kedekatan fisik dan juga kontak fisik sulit dihindari. Sementara hubungan seks dalam berpacaran (dalam term agama disebut zina), selalu diawali oleh kedekatan fisik dan kontak fisik, baik ringan sekalipun seperti ciuman.
Joe White dalam buku Jangan Terkecoh menggambarkan proses terjadinya hubungan seks seperti termometer. Pertama dalam kondisi normal, dorongan seksual berada dalam posisi 98,6 c, kemudian saat berpegangan tangan posisi nafsu berada pada 99 c. Kemudian saat berpelukan berada pada posisi 100 c, saat ciuman 101 c, saat ciuman berat 102 c, saat cumbuan ringan 103 c, saat cumbuan berat 104 c, dan saat terjadi hubungan seksual berada pada 105 c.
Dari gambaran Joe White di atas menunjukkan, bahwa angka perubahan posisi nafsu seksual akan selalu bergerak dinamis/meningkat. Karenanya, kontak fisik laki-laki dan perempuan yang masing-masing sudah matang (memiliki dorongan seks), rata-rata akan mudah menggelincirkan diri pada perzinaan.
Kasus-kasus kehamilan di luar nikah atau yang biasa disebut ”kecelakaan” memang seringkali tanpa direncanakan terlebih dahulu. Umumnya karena seringnya melakukan kontak fisik, baik berupa ciuman maupun cumbuan, membuat mereka terlena dan tergerak untuk menuntaskannya ke dalam kontak fisik yang lebih serius, yakni hubungan seksual.
Karena itulah, Al-Qur’an secara tegas menyatakan, “Dan janganlah kamu dekati zina. Sesungguhnya perzinaan itu perbuatan keji dan jalan hidup yang buruk.” (QS. Al-Isra’: 32).
Cermatilah, bagaimana redaksi ayat yang digunakan oleh Allah dalam melarang perzinaan. Larangan zina dalam ayat di atas sangat tegas, bahkan Allah melarangnya dengan kalimat “janganlah kalian dekati zina”. Larangan ini mengandung arti, zina merupakan perbuatan yang sangat keji dan akan mendatangkan madharat. Karena itu harus dijauhi sejauh-jauhnya, tidak saja zinanya, tapi juga semua perbuatan yang mengarah pada zina.